Rakor Penyakit Hewan Menular dan Kesmavet BBVet Maros Tahun 2023

23 Februari 2023

Kamis, 23 Februari 2023. Mengevaluasi program kegiatan surveilans kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner dalam pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular tahun 2022, serta penyusunan rencana kegiatan tahun 2023 untuk peningkatan pelayan kesehatan hewan, Balai Besar Veteriner Maros menggelar Rapat Koordinasi Penyakit Hewan Menular Tahun 2023 dengan tajuk "Sinkronisasi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Menular serta Kesehatan Masyarakat Veteriner se-Wilayah Kerja Balai Besar Veteriner Maros".

Rapat koordinasi dihadiri oleh perwakilan dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan, laboratorium veteriner, Badan Karantina Pertanian, dan Balai/Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dari 8 provinsi wilayah kerja Balai Besar Veteriner Maros, serta Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Makassar secara luring dan daring pada 21-23 Februari 2023.

Rapat koordinasi penyakit hewan menular tahun 2023 bertujuan untuk menggali dan menghimpun data dan informasi mengenai situasi penyakit hewan di masing-masing daerah sehingga di tahun 2023 dapat disusun strategi pencegahan dan pengendalian yang lebih baik. Penguatan sinergi juga dilakukan dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam sebagai upaya pencegahan outbreak penyakit hewan menular pada satwa liar, dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit zoonosis yang lebih baik lagi.

Kepala Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros), drh. H. Agustia, M.P. dalam paparannya membagikan informasi capaian pengamatan dan penyidikan penyakit hewan di tahun 2022 serta status penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner tahun 2022 berdasarkan hasil pengujian laboratorium BBVet Maros.

Dalam kesempatan tersebut, H. Agustia juga menyampaikan program unggulan BBVet Maros di tahun 2023 dengan agenda utama yaitu pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan, pengembangan kelembagaan veteriner dan peningkatan sumber daya alam. "Komitmen semua instansi harus lebih ditingkatkan guna pengendalian penyakit hewan serta keamanan produk hewan melalui komunikasi yang lebih intensif antar instansi; Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat; serta Peningkatan fungsi checkpoint untuk pengawasan lalu lintas ternak", pesan H. Agustia.

Rapat koordinasi penyakit hewan menular tahun 2023 juga menghadirkan beberapa narasumber untuk berbagi pengetahuan mengenai penyakit hewan menular dan kesehatan masyarakat veteriner, diantaranya:

  • drh. Tri Satya Putri Naipospos, M.Phil., Ph.D. dengan materi "Pencegahan dan Pengendalian Penyakit African Swine Fever, Lumpy SKin Disease, Penyakit Mulut dan Kuku, dan Avian Influenza pada Burung Liar";
  • drh. Syamsul Ma'arif, M.Si. dengan materi "Arah Kebijakan Penjaminan Produk Hewan";
  • drh. Nining Hartaningsih, MVSc., Ph.D. dengan materi "Jembrana Disease serta Metode Diagnosa dan Pencegahannya";
  • drh. Wriningati, M.Kes. dengan materi "Penyediaan Vaksin Pusvetma dalam Mendukung Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan Menular";
  • drh. Farida C. Zenal dengan materi "Global Avian Influenza Update".

Rapat koordinasi penyakit hewan menular BBVet Maros tahun 2023 ditutup langsung oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc.

Dalam arahannya, Nasrullah menyampaikan bahwa situasi kesehatan hewan dunia sedang tidak baik-baik saja. Dunia mulai menghadapi outbreak Avian Influenza dengan strain baru yang perlu diwaspadai sehingga tidak masuk ke wilayah Indonesia. Setelah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), di tahun 2022 Indonesia mendapat serangan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD). Sebagai upaya pencegahan di wilayah belum terdampak, vaksin LSD telah didistribusikan ke daerah. Sementara khusus di wilayah kerja BBVet Maros, di tahun 2022 terdapat outbreak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Penyakit Jembrana dan di awal tahun 2023, terdapat outbreak Penyakit African Swine Fever (ASF).

Berdasarkan situasi tersebut, Nasrullah berpesan untuk lebih meningkatkan kewaspadaan dan kepedulian tenaga kesehatan hewan terhadap ternak di masing-masing wilayahnya. Lalu lintas ternak harus dikontrol dengan baik melalui pengintensifan fungsi checkpoint dengan dukungan berbagai pihak terkait. Faktor lingkungan yang kurang baik juga berpengaruh terhadap perkembangan penyakit hewan menular. Untuk itu, dibutuhkan kerja sama lintas sektor, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Kesehatan sehingga pencegahan dan penanganan penyakit hewan menular dapat lebih efektif.

"Kebersamaan, kekompakan, komunikasi, dan kepedulian menjadi hal utama sehingga menjadi tekad untuk menjaga wilayah masing-masing dari serangan penyakit hewan menular", pungkas Nasrullah.