Bimbingan Teknis Surveilans Berbasis Risiko

17 Oktober 2018

Peningkatan populasi global dan peningkatan standar kehidupan mengakibatkan adanya peningkatan permintaan protein hewani yang semakin tinggi. Perdagangan untuk hewan hidup dan produk hewani telah dibuat menjadi lebih cepat dan lebih murah melalui perbaikan infrastruktur transportasi. Peningkatan populasi manusia dan ternak telah memberi tekanan pada habitat satwa liar dan menghasilkan kontak yang lebih dekat antara satwa liar, populasi hewan ternak, dan manusia mengakibatkan penyebaran dan munculnya kembali penyakit (re-emergence of disease) sebagai konsekuensi dari faktor-faktor risiko ini. Penanganan ancaman penyakit ini akan menimbulkan tantangan besar dan membutuhkan data yang lengkap seperti keberadaan penyakit, lokasi penemuan penyakit, dampak dari penyakit tersebut, populasi yang berisiko, pola pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit. Surveilans penyakit hewan memainkan peran sentral dalam menyediakan informasi tersebut. Surveilans berbasis risiko bukanlah teknik khusus, melainkan sebuah pendekatan umum untuk melakukan surveilans penyakit. Prinsipnya sederhana dan efisien untuk menemukan penyakit yaitu dengan survei populasi hewan yang kemungkinan besar akan terpengaruh. Hal ini berbeda dengan pendekatan berbasis statistik yang lebih tradisional dalam mengambil sampel representatif dari suatu populasi. Meskipun ide surveilans berbasis risiko sederhana, implikasinya rumit. Pendekatan ini dapat jauh lebih efektif biaya untuk beberapa tujuan, tetapi jika disalahgunakan, dapat menyebabkan kesalahan data atau bisa lebih mahal daripada pendekatan tradisional.

Balai Besar Veteriner Maros sebagai salah satu unit kerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian RI yang mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan surveilans penyakit hewan di wilayah kerja yang sangat luas dengan meliputi 10 provinsi di Indonesia bagian timur. Dengan luas wilayah kerja tersebut, maka diperlukan suatu metode surveilans yang efektif dan efisien dengan mempertimbangkan wilayah, karakteristik penyakit dan besarnya anggaran. Salah satu metode surveilans yang dapat dilaksanakan adalah Surveilans Berbasis Risiko (Risk-Based Surveillance). Bekerja sama dengan Dirjen PKH dan FAO (Food Agricultural Organization) sebagai fasilitator, Bimbingan Teknis Surveilans Berbasis Risiko dilaksanakan pada 15-17 Oktober 2018 bertempat di Aula Veteriner, BBVet Maros. Bimtek ini dibuka langsung oleh Kepala BBVet Maros, drh. Sulaxono Hadi dan dihadiri seluruh staf medik veteriner di Balai Besar Veteriner Maros. Pelaksanaan Bimtek ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan staf medik dalam perencanaan surveilans yang dilaksanakan oleh BBVet Maros dengan mempertimbangkan segala aspek baik dari karakteristik penyakit, karakteristik wilayah, SDM dan anggaran.